Selasa, 14 Juli 2009

GEDE PANGRANGO..(1)



Tepat pukul 17.00 WIB ketika saya bergegas menuju pos security komperta Gunung Simping. Bis belum terlihat, beberapa anggota tim Patrapala tampak telah berkumpul, berbincang, dan berbenah. Tidak terlalu lama, ketika petang menjelang, Bis mulai bergerak menuju Cibodas.
Jam 3 pagi dini hari waktu Cibodas, Bis telah tiba di pelataran parkir yang cukup luas. Beberapa mobil terlihat parkir berjajar di sisi kiri dan depan. Udara luar terasa dingin menghembus ketika pintu bis di buka. Sopir mulai merebahkan badan di balik kemudinya. Beberapa dari kami memilih beranjak dari tempat duduknya untuk melepas penat di luar, namun yang lainnya terlihat lebih memilih melanjutkan tidur di dalam bis.
Gemericik air di keheningan pagi, terasa dingin di telapak tangan. Setelah sholat subuh, kami mulai melakukan persiapan pendakian. Rangsel, tenda, dan perbekalan makanan mulai dibagikan, termasuk pembagian kelompok – tim orange, hijau, biru, pink, ungu, masing-masing 5 orang, dan tim kuning 6 orang yang bertindak sebagai pemandu. Jam 8 pagi semua persiapan telah selesai dan tim mulai bergerak menuju posko pendakian, namun ada sedikit kendala terkait perijinan yang menyebabkan pendakian agak tertunda hingga jam 9 pagi. Dibanding yang lain, Taman Nasional Gede Pangrango ini memang cukup ketat dalam memberikan ijin pendakian. Setiap pendaki harus melampirkan foto copy KTP, tidak boleh membawa sabun, odol, atau pisau karena dikhawatirkan dapat merusak lingkungan, termasuk wajib bagi pendaki untuk membawa kembali sampah-sampah plastik dan bungkus makanan yang dibawanya. Dari informasi petugas, pada saat itu tanggal 20-21 juni 2009 tercatat lebih dari 600 orang yang mendaki puncak Gede dari 3 pos berbeda yaitu Cibodas, Gunung Putri, dan Sela Bintana (Sukabumi).
Dari Pos Cibodas (+1250 mdpl) track diawali dengan anak-anak tangga berbatu yang tersusun rapi, yang di kanan dan kirinya terlihat pohon-pohon yang agak tinggi. Setelah berjalan kira-kira 45 menit, kami sudah mencapai lokasi Telaga Biru (+ 1576 mdpl) yang airnya tenang, bening, dan warnanya agak kehijauan, tidak terlalu luas berada di sebelah kiri jalur pendakian.
Track berikutnya jembatan kayu yang membentang cukup panjang, lebarnya sekitar 3 meter, dengan latar belakang puncak gunung Pangrango, seolah membuka jalan kita menuju ke puncak. Tempat yang cukup romantis lah…! Sebagian lantai kayu jembatannya ada yang sudah lapuk, jadi perlu hati-hati juga ketika melangkah. … Any way it is recommended place for you all…
Setelah berjalan kira-kira 45 menit kami sudah mencapai Pos Panyangcangan (+ 1750 mdpl), kesempatan untuk berhenti sejenak. Di depan terlihat jalur yang menurun ke kanan menuju lokasi air terjun cibeurum, sedangkan jalur yang agak naik ke kiri menuju puncak Gede-Pangrango.
Lokasi air terjun Cibeurum tidak terlalu jauh dari pos panyangcangan. Di tempat ini terdapat 2 aliran air terjun, yang besar di sebelah kiri di sebut air terjun cibeuruem, ukurannya masih lebih kecil jika dibandingkan dengan air terjun Cipendok - Bumiayu tapi lebih besar jika dibandingkan curug Mandala - Jeruk legi, sedangkan yang sebelah kanan air terjunnya lebih kecil. Lingkungan di sekitar air terjun ini terkesan lapang dan agak luas. Saat itu terlihat banyak pengunjung terutama anak-anak muda. Kira-kira ½ jam kami menghabiskan waktu di obyek wisata yang alami dan indah ini.
Hingga pos Panyangcangan itu, track pendakian terasa masih tidak terlalu berat, namun selepas pos panyangcangan itu jalur mulai terus menanjak dan terasa panjang, sesekali sih ada juga bonusnya yaitu jalan yang datar atau sedikit agak menurun.
Perjalanan telah ditempuh selama hampir 3 jam sejak dari pos panyangcangan tadi, kelelahan mulai terasa dan entah berapa kali harus berhenti sejenak untuk sekedar mengambil nafas dan menunggu yang masih di belakang. Sekitar jam 13.45 kami telah sampai di lokasi Air Panas. Track yang menarik dan dapat sedikit mengurangi kejenuhan, berupa tanjakan berbatu yang dialiri air panas deras di sisi kiri serta pegangan tali dan jurang di sisi kanannya. Airnya memang terasa terlalu panas ketika disentuh jari tangan. Harus ekstra hati-hati ketika meniti batu-batu di antara aliran air panas ini jika tidak ingin terpeleset atau malah jatuh ke jurang. Apalagi bagi yang ber kaca mata, karena uap air di sekeliling nya menempel di kaca dan menutupi pandangan. Pegangan tali yang kuat cukup membantu menjaga keseimbangan badan agar tidak mudah terpeleset.
Tak terlalu jauh dari lokasi air panas tadi, tibalah kami di Pos Kandang Batu (+ 2.100 mdpl) yang disambut anak sungai yang airnya cukup deras dan suhunya agak hangat. 2 orang pendaki lain terlihat mandi dengan senangnya di antara bebatuan. Kesempatan ini juga tidak kulewatkan untuk sekedar membuka sepatu dan merendam kaki yang mulai terasa agak pegel sekaligus memijatkan telapak kaki pada batu-batu dasar sungai, wow…. enaknya! Membayangkan kalau nge camp di tempat ini pasti menyenangkan, bisa mandi kapan saja, tengah malam sekalipun, karena airnya cukup hangat friend! Lokasinya terasa agak sempit kira-kira hanya cukup untuk mendirikan 2-3 tenda saja.
Kira-kira 1 ½ jam perjalanan dari Kandang Batu itu, kami tiba di Pos Kandang Badak (+2.400 mdpl) tapi tak usah takut karena tidak terlihat badak yang berkeliaran … mungkin lebih tepat di sebut Kandang Pendaki kali ya..! ..karena yang terlihat justru beberapa tenda pendaki yang berdiri di antara rimbunnya pepohonan. Uniknya di tempat ini ada pedagang nasi uduk dan nasi kuning keliling yang menjajakan dagangannya terutama kepada pendaki-pendaki yang baru datang, harga sebungkus kecil Rp. 5000,-. Di tempat ini kami beristirahat cukup lama, mengingat sebagian anggota tim telah kelelahan serta memberi kesempatan untuk sholat dan mengisi persediaan air. Sempat muncul wacana untuk mendirikan tenda di pos ini saja daripada rencana semula di alun-alun Surya Kencana, namun akhirnya diputusnya juga perjalanan menuju puncak dilanjutkan. Jam 4 sore tim Patrapala kembali melangkah menyusuri jalan ke kiri menuju puncak Gede, kalau jalur yang ke kanan menuju puncak Pangrango. Normalnya puncak Gede dapat dicapai dari kandang badak dalam waktu 2 jam saja, yang berarti perkiraan sampai ke puncak sekitar jam 6 sore. Namun ……

1 komentar:

dadek mengatakan...

bravo patrapala....
walupun berat beban yang dipikul
tapi tetap dilakukan....
kenangan yang tak terlupakan..
bravoo