Selasa, 14 Juli 2009

GEDE PANGRANGO ..(2)










Target 2 jam mencapai puncak ternyata tidak mudah di capai…. track terasa semakin berat karena kekuatan fisik yang lelah. Jam 5.15 sore kami baru tiba lokasi Tanjakan Setan. Sesuai namanya tanjakan ini cukup menyeramkan, bukan karena ada setannya ... tapi karena kemiringannya yang sekitar 80o, cukup menakutkan tentunya terutama bagi yang memang takut ketinggian. Untungnya di track ini telah terpasang 2 tali pengaman, yang pertama tali sling baja namun kondisinya sudah agak rusak karena serabut bajanya telah banyak yang putus dan nyembul di permukaan sehingga dapat melukai telapak tangan ketika terpegang, dan yang kedua berupa tali nilon warna biru diameter se ibu jari tangan dengan simpul-simpul di beberapa tempat sehingga dapat dengan mudah di pegang.
Katanya sih, menariknya gunung Gede ini dibanding gunung yang lain ini ya karena adanya tanjakan setan ini… jadi dapat dikatakan belumlah lengkap ke puncak gunung Gede jika belum mencoba tanjakan setan ini…. wow ….? katanya jalur ke puncak tanpa melewati tanjakan setan juga ada, berupa track yang agak melingkar punggung bukit.
Sayangnya sinar matahari senja tepat di sisi belakang tanjakan setan ini, jika melihat tanjakan dari sisi atas ke bawah, sehingga kami mengalami kesulitan ketika mengabadikan pose anggota tim yang sedang unjuk kemampuan meniti celah-celah batu tebing tanjakan ini. Jam 05.30 sebagian besar anggota tim telah melewati tanjakan setan. Pendakian dilanjutkan di tengah semakin redupnya sinar matahari. “ Jam 6 dimanapun posisinya harus berhenti !” seru Mr Simbad alias Edi Jambrong. “ Ada apa sih Jul, kok harus berhenti?” tanyaku pada Juli. “Biasa terkait mistis lah pak, umumnya dianjurkan berhenti beraktifitas sejenak pada jam .. jam …12 siang dan jam 6 sore ya waktu maghrib lah” jawabnya. Oh …tentu maksudnya hal ini terkait kewajiban sholat, bukan menyangkut hal-hal yang mistis. Namun demikian, hukum tak tertulis itu akhirnya dijalankan juga, jam 6 malam tit kita semua berhenti sejenak beristirahat, walaupun …. tidak sholat, karena bisa di jamak nantinya.
Target jam 6 sore sampai puncak bagi kami jelas tidak kami capai, namun tidak demikian dengan Tim Patrapala yang terdepan, diantaranya Mahar, Suparno, Wahyu, Krisna, Eko, Aji Son, Agus Rah, Bella Jkt; mereka semua dapat menikmati indahnya sunset di puncak Gede.
Sinar Head lamp mulai membatasi jarak pandang kami, setapak-demi setapak punggung gunung didaki, dingin hembusan angin malam mulai terasa, jalanan batu-batu besar tajam kini telah berganti batu-batu kecil halus yang mudah lepas ketika diinjak, tinggi pepohonan hanya sebatas rengkuhan tangan, bau belerang sesekali terhirup, tiang-tiang warna hijau dilengkapi juntaian tali pengaman mulai terlihat membentang di sisi kiri……ya…apa yang sebelumnya hanya dapat kulihat di screen saver komputer kantor, kini telah dapat kupijak … kupegang … kurasakan hembusan udara dinginnya, gelap malamnya.
Deretan lampu head lamp rombongan Tim Patrapala tampak menarik di kegelapan malam puncak Gede. Kayak …… rombongan pencari kodok di sawah! ha…ha..ha…. “Hai…Patrapala….!” jelas kudengar suara Mahar dari kejauhan disertai sinyal kedipan lampu senter. Sepertinya sudah dekat, namun…setelah lebih 15 menit kami berjalan belum juga berjumpa dengannya bahkan ketika dipanggil-panggil …. tidak ada lagi sautan balasan seolah ia hilang tertelan bumi.
Sekitar jam 7.10 malam saya, Yuli, Dian, Ning, Yuliusman, Sutarman, dan Junian baru dapat mencapai puncak Gede. Lelah tak terkira tentunya, sambil menunggu teman-teman yang masih di belakang kunikmati indahnya gemerlap bintang-bintang yang bertaburan di angkasa. Di belakang kami kawah gunung Gede yang tidak terlihat karena gelap, hanya bau belerangnya saja yang sesekali terasa, di depan terbentang puncak gunung Gumuruh di sisi bawahnya dikejauhan tampak kumpulan cahaya lampu yang menandakan camping ground ….. alun alun Surya Kencana.

Tidak ada komentar: