Udara malam mulai dingin, tim yang tadinya di belakang kami sudah berkumpul. “pak, kita mendirikan tenda di sini saja, teman-teman sudah down kalau harus turun lagi ke Surya Kencana!” seru salah seorang pemandu yang baru tiba. “tidak bisa, tenda yang ada terbatas, karena yang lain di bawa tim yang terdepan! jawabku. Ada sedikit kebimbangan sebelum akhirnya kami memutuskan semua harus turun ke Surya Kencana. Setelah berjalan lebih dari 1 jam, akhirnya kami dapat bertemu kembali dengan tim yang terdepan. Beberapa tenda terlihat sudah berdiri sedikit agak tidak beraturan, saat itu jam 9.30 malam yang berarti kami telah berjalan lebih dari 12 jam! Namun, alhamdulillah, cuaca malam itu masih cerah walaupun tadinya sempat ada tanda-tanda akan turun hujan.
Tidur .... zzzzz ....... Dingin ..... brrrrrr...........
Tidur .... zzzzz ....... Dingin ..... brrrrrr...........
Pagi hari yang cerah, mulai terdengar celotehan teman-teman dan kesibukan seputar dapur. Beras dan Sarden yang kubawa, wortel dan brokoli yang kubeli di Cibodas; kumasak semua, lumayan mengurangi beban ransel. Di alun-alun Surya Kencana ini, air masih mudah diperoleh dan pemandangannya juga sangat indah, itu sebabnya menjadi tempat favorit untuk berkemah.
Jam 9.30 pagi, ketika matahari semakin meninggi, kami mulai bergerak turun meninggalkan keindahahan padang rumput Surya Kencana. Terdengar suara anjing mengonggong dari kejauhan rimbunan pepohonan.

Jalur turun lewat gunung putri ini cukup curam, rimbun pepohonan terkesan sedikit lebih alami, lekuk akar pohon dan batang-batang pohon tua yang berlumut memberi sedikit kesan “angker”. Tersadar aku, ternyata syal warna pink ku sebagai simbol kelompok sudah tidak ada di pergelangan tanganku. Kucoba mengingat, membuka-buka kantong celanaku, tak ketemu. Wah .... bakal push up nih! ... ya ... di awal perjalanan ini, sebagai ketua tim saya menerapkan aturan syal kelompok tidak boleh hilang, jika hilang maka ... push up 20 kali. Ketika istirahat jam 12 siang, kulihat foto-foto di kamera ku.
Di salah satu foto bidikanku terlihat, syal warna pink ku sedang tergeletak damai di jalan padang rumput Surya Kencana. ....yaaaaaaa. Satu..dua ... tiga ... empat.... ...... ....... sembilan bellllasss ... dua pulllluuuh! Teman-teman bersama-sama menghitung saya yang sedang push up! ha ...ha ...ha...
Jam 2 siang, kami semua semua sudah mencapai posko pendakian desa sukatani. Jam 3 sore turun ke cipanas menggunakan angkot. Makan siang terlebih dahulu di rumah makan ayam goreng cianjur, sebelum bis menjemput kami pulang ke Cilacap. Jam 2 dini hari tanggal 22 Juni 2009, kami sudah sampai kembali di Cilacap.
Pendakian ini, merupakan yang ke 5 setelah Gunung Slamet, Gunung Merapi, Gunung Lawu, Gunung Sindoro. Kali ini, pak ketua JBN Sutjahyo tidak bisa ikut, demikian juga sang pendaki tulen Dwi Yanto S.N (AO) yang anaknya sedang sakit, dan ....Aji Sanggabar Agung yang sekarang pindah tugas ke Makasar. Walau jauh, saya yakin dalam dada beliau semua masih melekat warna kuning kebanggaan dan identitas PATRAPALA!
Bravo dan kompak selalu!

Pendakian ini, merupakan yang ke 5 setelah Gunung Slamet, Gunung Merapi, Gunung Lawu, Gunung Sindoro. Kali ini, pak ketua JBN Sutjahyo tidak bisa ikut, demikian juga sang pendaki tulen Dwi Yanto S.N (AO) yang anaknya sedang sakit, dan ....Aji Sanggabar Agung yang sekarang pindah tugas ke Makasar. Walau jauh, saya yakin dalam dada beliau semua masih melekat warna kuning kebanggaan dan identitas PATRAPALA!
Bravo dan kompak selalu!