DAFTAR ANGGOTA TIM PATRAPALA EKSPEDISI PUNCAK MERAPI
2-3 FEBRUARI 2008
NO NAMA BAGIAN
1 ADI SRI PAMBUDI REN REL
2 AJI ATMOKO HUPMAS
3 AJI SANGGABAR SIK
4 AJI SETYADI REN REL
5 ANGGRONO RCPE
6 ANNISRUL WAQIE FAS ENJ
7 DWI YANTO SETYO NUGROHO LABORAT
8 EDY RISWANTO TERMINAL
9 HANS HERMANG RCPE
10 HERU SETIADI TELKOM
11 JBN SUTJAHJO FASUM
12 KOESDJARJO KEUANGAN
13 LULU LABORAT
14 MAHAR WIJOYO FASUM
15 RISTANTO HERU WIDODO SECURITY
16 SUPARNO FOC-II
17 TRIYONO SIK
18 YANUAR FASUM
19 YULI SIK
20 RASYIDI PEMANDU
21 DADEK PEMANDU
22 AGUS RAHARJO REN EKON

Alhamdulillah, Tim Patrapala tadi malam jam 19.30 WIB telah kembali ke rumah masing setelah melakukan ekpedisi Puncak Merapi tanggal 2 dan 3 februari kemarin. Ekpedisi ini diikuti 26 peserta termasuk 4 orang pemandu. Tim berangkat pada hari sabtu jam 10.30 menuju desa Selo-Boyolali. Tim sempat mampir dulu makan soto di stasiun Purworejo, sebelum akhirnya tiba di desa selo sekitar jam 16.30 yang saat itu hujan turun rintik-rintik. Sore itu suasana di pondokan pendaki masih terasa kosong. Hanya beberapa motor milik pendaki lain yang telah berangkat ke puncak sehari sebelumnya yang terlihat di parkir di dalam ruang pondokan itu. Sehingga tim Patrapala dapat agak leluasa menggunakan ruangan yang tersedia untuk menempatkan barang-barang dan istirahat secukupnya hingga menjelang tengah petang untuk memulai pendakian. Namun suasana yang ‘nyaman’ itu tidak berlangsung lama, karena menjelang malam tiba puluhan rombongan pendaki lain berdatangan antara lain dari mahasiswa UMS, SMA-1 Yogyakarta, dan Mahasiswa Fakultas Ekonomi-UGM. Bisa ditebak ruangan itu kini menjadi terasa sempit apa lagi mereka datang umumnya menggunakan motor lengkap dengan helm dan jas hujan yang basah karena hujan. Dalam kondisi seperti itu, berbagi tempat merupakan perjanjian tak tertulis yang harus dijalankan. Namun demikian suasana pendakian malam minggu itu menjadi lebih semarak dengan kehadiran mereka. Selama menunggu waktu pendakian yang direncanakan jam 12 malam itu, dimanfaatkan untuk berkumpul membentuk pengurus formal Patrapala.

Saat pendakian hujan telah berhenti, namun langit tampak tidak terlalu cerah. Lampu-lampu senter menerangi langkah tim meniti jalur pendakian. Jalur yang menanjak tajam membuat nafas terasa tersengal, namun ini tidak menyurutkan semangat tim walaupun beberapa dari nya berusia di atas 50 tahun. Semakin tinggi mendaki, angin semakin kuat berhembus yang menyebabkan badan menggigil kedinginan. Namun demikian semakin tinggi mendaki pemandangan semakin indah. Di kejauhan terlihat terangnya lampu kota magelang, boyolali, dan solo, serta kerlip lampu rumah-rumah yang berada di punggung gunung merbabu. Bulan terlihat sabit walau langit tidak terlalu cerah.

Menjelang pagi sebagian tim telah tiba di pelataran puncak merapi yang dikenal sebagai pasar bubrah yang merupakan dataran lembah dengan susunan batu-batu yang berserakan di sana sini. Dari cerita pendaki-pendaki lainnya ditempat ini katanya sering terdengar suara-suara aneh, dari bunyi gamelan, kokok ayam, hingga tangis bayi. Tentang hal ini tidak mengherankan karena dalam mytologi jawa, antara pantai parang tritis dan parangkusumo, kraton yogya, dan merapi adalah rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.

Seperti umumnya gunung-gunung lain, di puncak Merapi juga terdapat tugu memorial untuk mengenang mereka-mereka yang meninggal di sana. Kalau melihat medannya yang terjal berbatu dan hembusan belerang yang sewaktu-waktu muncul, maka mendaki puncak merapi perlu berhitung dengan waktu agar tidak menemui hambatan yang tidak diinginkan. Bagaimanapun dari pelataran pasar bubrah, panorama puncak merapi dan puncak gunung merbabu di sisi yang lain nampak begitu mempesona tiada bandingnya.

Salam Patrapala