Untuk memperingati HUT Kemerdekaan RI ke 71 th, dan memenuhi target 7 Summits of Indonesia, 13 orang tim Patrapala telah mengadakan expedisi ke puncak gunung Binaiya di pulau Seram Maluku pada tanggal 13-21 Agustus 2016.
Expedisi ini seakan memberi harapan baru bagi penuntasan target 7 summits of Indonesia oleh Patrapala di akhir 2016 atau setidaknya pertengahan 2017 mendatang. Betapa tidak, 3 target terakhir ini yaitu Binaiya, Bukit Raya, dan Cartenz membutuhkan waktu expedisi yang lama dan biaya besar. Kendala ijin cuti dan dukungan sponsor menjadi pertimbangan tersendiri. Pemilihan jadwal di bulan Agustus semata karena pertimbangan minimal hari cuti dan memanfaatkan momentum kemerdekaan saja. Tidak dipertimbangkannya aspek cuaca dlm rencana expedisi ini, terbukti menjadi kesulitan tersendiri. Memang cuaca sering tidak bisa diduga, kadang kita mengira hujan, ternyata di puncak malah terang benderang, atau sebaliknya.
Nah, tim patrapala sebenarnya sudah merencanakan expedisi ini sekitar 1,5 bulan sebelumnya. Dimulai dari mengumpulkan informasi dari internet. Menanyakan kepada mereka yang pernah kesana. Walau demikian, tetap saja kami berangkat dengan keterbatasan informasi. Rencana untuk membuat foto dan video tentang bright gas can, batal karena belum tersedianya produk itu di wilayah ambon, dan tidak diperkenankan membawa produk itu dalam pesawat. Namun demikian, logo bright gas tetap menghiasi spanduk expedisi ini.
Jam 20.00 tanggal 12 agustus 2016 saya sudah di bus Damri menuju Bandara Cengkareng. Teman2 belum datang ketika saya tiba. Agak lama, satu persatu mereka bermunculan. Sementara itu tim Balikpapan, juga sudah bergerak ke ambon dengan transit di Makassar.
Pesawat Batik Air berangkat on time, walau sempat menunggu kami yang harus menyelesaikan biaya kelebihan beban.
Menjelang jam 6 pagi, pesawat kami mendarat di bandara Pattimura ambon. Cuaca cerah, langit sedikit berawan. Bergegas kami sholat subuh yang agak terlambat. Menunggu teman2 dari Balikpapan yang sesuai jadwal masih 30 menit lagi. Untung nya pesawat mereka on time. Mas hermawan dari mor8 ambon dan adiknya saddam telah menunggu kami. Saddam ini yg akan menjadi guide expedisi ini. Ketika tim sdh lengkap, maka bergegas kami charter 2 mobil avanza menuju pelabuhan tulehu, ngejar fery yang jam 9.00.
Matahari mulai terik. Pelabuhan Tulehu pagi itu telah ramai. Puluhan kuli angkut mengerubuti mobil kami yang sedang menurunkan barang-barang. Saya minta teman2 untuk peduli dgn barang masing2, supaya tidak ada yg tertinggal. Akhirnya kami hanya perlu 2 kuli angkut untuk 2 kerdus besar perbekalan makanan. Sementara bang jefer antri tiket, kami langsung nyari posisi dan tempat duduk yg tersisa. Penuh sesak, barang2 kami memenuhi koridor.
Ketika kapal cepat mulai bergerak, petugas menurunkan satu persatu barang-barang penumpang ke bawah dek, termasuk carier2 kami.
Pedagang kenari dan roti sagu lalu lalang menawarkan dagangannya. Pemandangan di luar indah, tampak pulau ambon terhampar di sisi kanan belakang.
perjalanan telah lebih dari satu jam ketika kapal cepat merapat di pelabuhan di Saparua. Siang cukup terik, penumpang dan pedagang berhamburan keluar. Lepas dari pelabuhan ini, gelombang laut semakin terasa mengocok perut, saya terkena mabok laut, untung tidak sampai muntah. Tapi ini cukup menguras stamina. Mungkin karena kurang tidur atau lelah.
Tiba di pelabuhan masohi, hiruk pikuk orang mengambil barang2 nya dan keluar kapal. Saya menunggu carrier yang masih di dek bawah sisi kiri, di sisi kanan carrier teman2 satu per satu dipindahkan ke dermaga. Rupanya untuk menaikkan carier itu, selain bayar biaya bagasi, juga biaya kuli angkut. Ini yang sempat menjadi pertikaian dgn kuli yg mengangkut carier teman yg di sisi kanan. Ketika saya ditanya apa sdh bayar, ya saya jawab sudah ke kuli yg di sisi kiri. Kuli yg sisi kanan marah2 krn ia merasa belum nerima, pokoknya heboh sampai ketua kuli di situ turun tangan. Kami ngalah saja bayar apa yg dia minta, daripada expedisi terhambat.
Lepas dari momen menegangkan itu, kami langsung menyewa mobil yang mengantarkan tim ke posko pecinta alam Sekolah Tinggi Said Perintah.
Sekitar jam 1 siang kami tiba di posko itu, sambutan yang ramah dari mahasiswi yang mempersilakan masuk di pondokan mirip rumah penduduk umum nya. Kami dijamu makan siang menu khas mahasiswa...enak sekali hingga berebut sambal.