Pagi tanggal 19 Februari 2015 mengawali kegiatan Patrapala RU IV di awal tahun
ini dengan tracking ke Curung Nangga.
Berangkat dari Homebase
Maesa pukul 08.15 wib menuju lokasi dengan jumlah peserta sekitar 32 orang
menggunakan sarana kendaraan roda 2 dan 4 lebih tepatnya Touring bro..
Di perjalanan, bergabung 2 rekan Patrapala dari kelompok Blispala sebagai
guide diperjalanan, perlu diketahui Curug Nangga ini tersembunyi diantara
perbukitan yang masuk dalam punggungan kaki Gunung Slamet, Memasuki punggungan bukit
sebelum memasuki desa terakhir, rombongan kami di hadang trek menanjak dengan
kemiringan 45⁰-50⁰, kami dibuat ketar ketir dengan kemiringan itu, apakah kendaraan kami kuat
untuk menanjak tanjakan ekstrim yang cukup panjang itu.
Alhamdulillah,
rombongan kami berhasil naik semua dan sampai didesa terpencil itu
dengan selamat sekitar pukul 10.15 wib.
 |
Desa Terdekat dengan Curug Nangga |
Tidak ada tanda petunjuk arah atau pun
tanda wisata ke Curug ini, menurut keterangan warga sekitar Curug, Air Terjun ini sengaja disembunyikan oleh
warga setempat atau lebih tepatnya warga
tidak ingin Curug ini di ketahui Investor ataupun pihak-pihak yang hanya
ingin mengeruk kekayaan alam desa ini, karena mereka takut keseimbangan dan
ketentraman desa mereka akan terganggu oleh hiruk pikuk pembangunan maupun kerusakan yang ditimbulkan akibat adanya
project sarana dan prasarana untuk mengakses menuju Curug dimaksud, masyarakat setempat lebih senang dengan pengelolaan daerah mereka oleh mereka sendiri tanpa campur tangan pihak lain.
Beruntung Patrapala di ijinkan untuk melihat keindahan Curug yang
disembunyikan ini, dengan catatan jangan menyebarkan ke pihak-pihak yang
sekirannya dapat mengganggu ketentraman desa ini (Investor).
Disambut Kepala
Dusun setempat, Tim Patrapala sempat berbincang sebentar sekedar beramah tamah
dan menceritakan maksud dan tujuan Patrapala datang ke desa tersebut sekaligus
menitipkan sementara kendaraan kami.
Setelah rehat sejenak Tim Patrapala langsung berjalan menjauh dari Desa
menuju Air Turjun dengan menuruni punggungan bukit, kebun dan sawah terasering dengan kemiringan lebih dari 45⁰,
 |
Jalan Desa |
 |
Kebun & Semak |
 |
Terasering |
berjalan sekitar 30 menit dari desa, kami tiba di sungai kecil, sungai ini berkedalaman
± 30 cm yang nantinya akan bertemu
dengan sungai dari Curug Nangga,
 |
Menyebrangi Sungai |
karena tujuan kami adalah Curug Nangga maka
kami teruskan perjalanan mengebrangi sungai dan
mengitari bukit dengan tanjakan mendominasi.
 |
Tanjakan mendominasi |
 |
Mengelilingi bukit |
Pukul 11.00 wib kami tiba di atas Curug Nangga (tingkat ke 7), sungguh pemandangan indah yang
terpampang di sana, perbukitan dan sawah terasering yang hijau membentang.
Sambil beristirahat, kami saling bernarsis ria sambil mengagumi lukisan alam
ini.
 |
Tingkat 7 Narsis |
 |
Tingkat 7 Narsis banget |
Tak membuang waktu lama, kami segera menginstal peralatan repling
untuk menuruni Curug ini.
Perlu diketahui Curug Nangga ini berketinggian sekitar ± 78
meter yang terbagi lagi menjadi 7 tingkat, dengan ketinggian berfariasi dari 3
meter sampai 20 meter, oleh karena struktur Curug ini yang bertingkat maka oleh
warga diberi julukan dengan Curug Nangga (tangga).
 |
Persiapan Repling |
Setelah peralatan SRT (single roof technic) terinstal, satu persatu
Tim Patrapala menuruni Curug ini, berdebar pastinya melihat ketinggian Curug
ini, tapi kapan lagi kami bisa main repling ditempat indah ini?
 |
Repling 01 |
 |
Repling 02 |
 |
Repling 03 |
 |
Repling 04 |
 |
Repling 05 |
Baru sebagian Tim Patrapala yang turun ke tingkat ke 6, hujan mengguyur
kami dengan derasnnya, sebagian Tim yang membawa Jas Hujan segera
mengenakannya, sementara yang tidak membawa harus rela berbasah-basahan dan
menggigil karena angin juga berhembus cukup kencang. Kuatir ada banjir bandang
dari atas maka kami putuskan untuk menyudahi repling ini. Saya yang
belum kebagian turun ikut membantu membongkar Instalasi repling ini.
 |
Tiba-tiba hujan |
Sambil menunggu hujan reda kami berdiskusi untuk menuruni Curug Nangga ini
tanpa bantuan alat SRT (single roof technic) alias menuruni Curug dengan
berjalan kaki melewati tepian sungai, lingkungan basah dan lumpur licin membuat
kami harus jatuh bangun menuruninya, hujan mulai mereda setelah kami berhasil
turun semua pada tingkat ke 6.
 |
Turun 01 |
 |
Turun 02 |
 |
Turun 03 |
 |
Narsis |
Berlahan tapi pasti kami terus menuju tingkat berikutnya, celana kotor
berlumpur adalah menu wajib dalam perjalanan kali ini, malah ada celana
beberapa teman yang robek tersangkut akar pepohonan maupun tergores batu tajam
ditepian sungai. Sungguh peristiwa yang mengesankan dalam perjalanan turun ini.
 |
Istirahat Siang |
Sesampainya kami di dasar Curug kami beristirahat sambil membuka bekal
masing-masing, setelah perut terisi sedikit makanan dan minuman, kami segera
bersibuk diri dengan mengambil gambar pemandangan yang menakjubkan ini dan beberapa teman ada yang bermain body
rafting mengikuti alur air sungai.
 |
Body Rafting 01 |
 |
Body Rafting 02 |
Dasar Curug ini ternyata sebuat pertigaan dimana 2 sungai menjadi satu,
sisi depan adalah sungai dari Curug Nangga dan sisi kanan kami adalah sungai yang dari awal sudah kami sebrangi sebelumnya.
Dari lokasi ini, pemandangan yang kami dapat sungguh luar biasa indahnya, tak
terlukis dengan kata-kata, bagaikan nirwana yang terselip didunia nyata.
 |
Narsis berdua |
 |
Keindahan Curug Nangga |
Waktu menunjukan pukul 15.00 wib, walaupun masih belum puas menikmati
pesona alam ini, sudah saatnya kami harus kembali ke tempat parkir, dengan
berjalan beriringan kami menaiki bukit yang dihiasi oleh sawah terasering,
cukup melelahkan menaiki bukit ini tanpa “bonus” (jalan datar).
Pukul 16.00 wib kami tiba ditempat parkir, segera kami membersihkan diri
dan berpamitan pulang kepada Kepala Dusun setempat, dipertengahan jalan kami
menyempatkan untuk mengisi perut yang lapar, setelah makan kami kembali
melanjutkan perjalanan ke rumah masing-masing dengan menerobos lebatnya hujan.
by Mamas Adhi