Minggu, 22 Februari 2015

Curug Nangga 7 Tingkat



Pagi tanggal 19 Februari 2015 mengawali kegiatan Patrapala RU IV di awal tahun ini dengan tracking ke Curung Nangga.

Berangkat dari Homebase Maesa pukul 08.15 wib menuju lokasi dengan jumlah peserta sekitar 32 orang menggunakan sarana kendaraan roda 2 dan 4 lebih tepatnya Touring bro..

Di perjalanan, bergabung 2 rekan Patrapala dari kelompok Blispala sebagai guide diperjalanan, perlu diketahui Curug Nangga ini tersembunyi diantara perbukitan yang masuk dalam punggungan kaki Gunung Slamet, Memasuki punggungan bukit sebelum memasuki desa terakhir, rombongan kami di hadang trek menanjak dengan kemiringan  45-50⁰, kami dibuat ketar ketir dengan kemiringan itu, apakah kendaraan kami kuat untuk menanjak tanjakan ekstrim yang cukup panjang itu.
Alhamdulillah, rombongan kami berhasil naik semua dan sampai didesa terpencil itu dengan selamat sekitar pukul 10.15 wib.

Desa Terdekat dengan Curug Nangga

Tidak ada tanda petunjuk arah atau pun  tanda wisata ke Curug ini, menurut keterangan warga sekitar Curug,  Air Terjun ini sengaja disembunyikan oleh warga setempat  atau lebih tepatnya warga tidak ingin Curug ini di ketahui Investor ataupun pihak-pihak yang hanya ingin mengeruk kekayaan alam desa ini, karena mereka takut keseimbangan dan ketentraman desa mereka akan terganggu oleh hiruk pikuk pembangunan maupun kerusakan yang ditimbulkan akibat adanya project sarana dan prasarana untuk mengakses menuju Curug dimaksud, masyarakat setempat lebih senang dengan pengelolaan daerah mereka oleh mereka sendiri tanpa campur tangan pihak lain.

Beruntung Patrapala di ijinkan untuk melihat keindahan Curug yang disembunyikan ini, dengan catatan jangan menyebarkan ke pihak-pihak yang sekirannya dapat mengganggu ketentraman desa ini (Investor).
Disambut Kepala Dusun setempat, Tim Patrapala sempat berbincang sebentar sekedar beramah tamah dan menceritakan maksud dan tujuan Patrapala datang ke desa tersebut sekaligus menitipkan sementara kendaraan kami.

Setelah rehat sejenak Tim Patrapala langsung berjalan menjauh dari Desa menuju Air Turjun dengan menuruni punggungan bukit, kebun dan sawah terasering dengan kemiringan lebih dari 45
Jalan Desa
Kebun & Semak

Terasering

berjalan sekitar 30 menit dari desa, kami tiba di sungai kecil, sungai ini berkedalaman ± 30 cm  yang nantinya akan bertemu dengan sungai dari Curug Nangga,
Menyebrangi Sungai
karena tujuan kami adalah Curug Nangga maka kami teruskan perjalanan mengebrangi sungai dan  mengitari bukit dengan tanjakan mendominasi.
Tanjakan mendominasi

Mengelilingi bukit
Pukul 11.00 wib kami tiba di atas Curug Nangga (tingkat ke 7), sungguh pemandangan indah yang terpampang di sana, perbukitan dan sawah terasering yang hijau membentang. Sambil beristirahat, kami saling bernarsis ria sambil mengagumi lukisan alam ini.
Tingkat 7 Narsis
Tingkat 7 Narsis banget
Tak membuang waktu lama, kami segera menginstal peralatan repling untuk menuruni Curug ini.
Perlu diketahui Curug Nangga ini berketinggian sekitar ± 78 meter yang terbagi lagi menjadi 7 tingkat, dengan ketinggian berfariasi dari 3 meter sampai 20 meter, oleh karena struktur Curug ini yang bertingkat maka oleh warga diberi julukan dengan Curug Nangga (tangga).
Persiapan Repling
Setelah peralatan SRT (single roof technic) terinstal, satu persatu Tim Patrapala menuruni Curug ini, berdebar pastinya melihat ketinggian Curug ini, tapi kapan lagi kami bisa main repling ditempat indah ini?
Repling 01

Repling 02

Repling 03

Repling 04

Repling 05
Baru sebagian Tim Patrapala yang turun ke tingkat ke 6, hujan mengguyur kami dengan derasnnya, sebagian Tim yang membawa Jas Hujan segera mengenakannya, sementara yang tidak membawa harus rela berbasah-basahan dan menggigil karena angin juga berhembus cukup kencang. Kuatir ada banjir bandang dari atas maka kami putuskan untuk menyudahi repling ini. Saya yang belum kebagian turun ikut membantu membongkar Instalasi  repling ini.
Tiba-tiba hujan
Sambil menunggu hujan reda kami berdiskusi untuk menuruni Curug Nangga ini tanpa bantuan alat SRT (single roof technic) alias menuruni Curug dengan berjalan kaki melewati tepian sungai, lingkungan basah dan lumpur licin membuat kami harus jatuh bangun menuruninya, hujan mulai mereda setelah kami berhasil turun semua pada tingkat ke 6.
Turun 01
Turun 02

Turun 03

Narsis

Berlahan tapi pasti kami terus menuju tingkat berikutnya, celana kotor berlumpur adalah menu wajib dalam perjalanan kali ini, malah ada celana beberapa teman yang robek tersangkut akar pepohonan maupun tergores batu tajam ditepian sungai. Sungguh peristiwa yang mengesankan dalam perjalanan turun ini.

Istirahat Siang

Sesampainya kami di dasar Curug kami beristirahat sambil membuka bekal masing-masing, setelah perut terisi sedikit makanan dan minuman, kami segera bersibuk diri dengan mengambil gambar pemandangan yang menakjubkan ini dan beberapa teman ada yang bermain body rafting mengikuti alur air sungai. 
Body Rafting 01

Body Rafting 02
Dasar Curug ini ternyata sebuat pertigaan dimana 2 sungai menjadi satu, sisi depan adalah sungai dari Curug Nangga dan sisi kanan kami adalah sungai  yang dari awal sudah kami sebrangi sebelumnya. Dari lokasi ini, pemandangan yang kami dapat sungguh luar biasa indahnya, tak terlukis dengan kata-kata, bagaikan nirwana yang terselip didunia nyata. 
Narsis berdua
Keindahan Curug Nangga
Waktu menunjukan pukul 15.00 wib, walaupun masih belum puas menikmati pesona alam ini, sudah saatnya kami harus kembali ke tempat parkir, dengan berjalan beriringan kami menaiki bukit yang dihiasi oleh sawah terasering, cukup melelahkan menaiki bukit ini tanpa “bonus” (jalan datar).
Pukul 16.00 wib kami tiba ditempat parkir, segera kami membersihkan diri dan berpamitan pulang kepada Kepala Dusun setempat, dipertengahan jalan kami menyempatkan untuk mengisi perut yang lapar, setelah makan kami kembali melanjutkan perjalanan ke rumah masing-masing dengan menerobos lebatnya hujan.

by Mamas Adhi