Kamis, 11 Juni 2009

Persiapan Pendakian Gunung

Banyak remaja sering mengisi waktu liburan dengan naik gunung. Namun, karena ketidak-tahuan, kegiatan fisik berat itu sering tidak disiapkan dengan baik.Padahal, mendaki gunung ditentukan oleh faktor ekstern dan intern, dan kebugaran fisik mutlak diperlukan.

Pendaki gunung legendaris asal Inggris, Sir George Leigh Mallory, kerap menjawab pendek pertanyaan mengapa ia begitu tergila-gila naik gunung. *Because it is there, *ujarnya. Jawaban itu menggambarkan betapa luas pengalamannya mendaki gunung dan bertualang. Selain jawaban itu, masih banyak alasan mengapa seseorang mendaki gunung atau menggeluti kegiatan petualangan lainnya.
Bagaimanapun, gunung dengan rimba liarnya, tebing terjal, udara dingin,kencangnya angin yang membuat tulang ngilu, malam yang gelap dan kabut yang pekat bukanlah habitat manusia modern. Bahaya yang dikandung alam itu akan menjadi semakin besar bila pendaki gunung tidak membekali diri dengan peralatan, kekuatan fisik, pengetahuan tentang alam, dan navigasi yang baik.

Tanpa persiapan yang baik, naik gunung tidak bermakna apa-apa. Secara umum, ada dua faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya pendakian gunung. Pertama, faktor ekstern atau faktor yang berasal dari luar diri pendaki. Cuaca, kondisi alam, gas beracun yang dikandung gunung dan sebagainya yang merupakan sifat dan bagian alam. Karena itu, bahaya yang mungkin timbul seperti angin badai, pohon tumbang, letusan gunung atau meruapnya gas beracun dikategorikan sebagai bahaya objektif (objective danger). Seringkali faktor itu berubah dengan cepat di luar dugaan manusia.

Tidak ada seorang pendaki pun yang dapat mengatur bahaya objektif itu. Namun dia dapat menyiapkan diri menghadapi segala kemungkinan itu. Diri pendaki, segala persiapan, dan kemampuannya itulah yang menjadi faktor intern, faktor kedua yang berpengaruh pada sukses atau gagalnya mendaki gunung.

Bila pendaki tidak mempersiapkan pendakian, maka dia hanya memperbesar bahaya subyektif. Misalnya, bahaya kedinginan karena pendaki tidak membawa jaket tebal atau tenda untuk melawan dinginnya udara dan kencangnya angin.

Tidak bisa ditawar, mendaki gunung adalah kegiatan fisik berat. Karena itu, kebugaran fisik adalah hal mutlak. Untuk berjalan dan menarik badan dari rintangan dahan atau batu, otot tungkai dan tangan harus kuat. Untuk menahan beban ransel, otot bahu harus kuat. Daya tahan (endurance) amat diperlukan karena dibutuhkan perjalanan berjam-jam hingga hitungan hari untuk bisa tiba di puncak.

Bila tidak biasa berolahraga, calon pendaki sebaiknya melakukan jogging dua atau tiga kali seminggu, dilakukan dua hingga tiga minggu sebelum pendakian. Mulailah jogging tanpa memaksa diri, misalnya cukup 30 menit dengan lari-lari santai.
Tingkatkan waktu dan kecepatan jogging secara bertahap pada kesempatan berikutnya. Bila kegiatan itu terasa membosankan, dapat diselingi dengan berenang. Dua olahraga itu sangat bermanfaat meningkatkan endurance dan kapasitas maksimum paru-paru menyedot oksigen (Volume O2 maximum/VO2 max )
Persiapan umum yang harus dimiliki seorang pendaki sebelum mulai naik gunung antara lain:
  1. Membawa alat navigasi berupa peta lokasi pendakian, peta, altimeter [Alat pengukur ketinggian suatu tempat dari permukaan laut], atau kompas. Untuk itu, seorang pendaki harus paham bagaimana membaca peta dan melakukan orientasi. Jangan sekali-sekali mendaki bila dalam rombongan tidak ada yang berpengalaman mendaki dan berpengetahuan mendalam tentang navigasi.
  2. Pastikan kondisi tubuh sehat dan kuat. Berolahragalah seperti lari atau berenang secara rutin sebelum mendaki.
  3. Bawalah peralatan pendakian yang sesuai. Misalnya jaket anti air atau ponco, pisahkan pakaian untuk berkemah yang selalu harus kering dengan baju perjalanan, sepatu karet atau boot (jangan bersendal), senter dan baterai secukupnya, tenda, kantung tidur, matras.
  4. Hitunglah lama perjalanan untuk menyesuaikan kebutuhan logistik. Berapa banyak harus membawa beras, bahan bakar, lauk pauk, dan piring serta gelas. Bawalah wadah air yang harus selalu terisi sepanjang perjalanan.
  5. Bawalah peralatan medis, seperti obat merah, perban, dan obat-obat khusus bagi penderita penyakit tertentu.
  6. Ukurlah kemampuan diri. Bila tidak sanggup meneruskan perjalanan, jangan ragu untuk kembali pulang.(Brtx335)

Selasa, 02 Juni 2009

Gunung Gede Pangrango

Gunung Gede merupakan gunung yg berada di pulau Jawa, berada dalam ruang lingkup Taman Nasional Gede Pangrango, yang merupakan salah satu dari lima taman nasional yang pertama kali diumumkan di Indonesia pada tahun 1980. Terletak diantara tiga kabupaten yaitu Kabupaten Bogor,Cianjur dan Sukabumi dengan ketinggian 2958 mdpl (Gede) & 3019 mdpl (pangrango). Suhu rata-rata di puncak gunung Gede 18°c dan dimalam hari suhu puncak berkisar 5°c, dengan curah hujan rata-rata 3.600 mm/tahun. Gunung Gede juga memiliki keanekaragaman burung yaitu sebanyak 251 jenis dari 450 jenis yang terdapat di Pulau Jawa. Beberapa jenis di antaranya burung langka yaitu Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) dan Burung Hantu (Otus angelinae).

Jalur pendakian yang bisa ditempuh yaitu:
  1. Jalur Cibodas. Merupakan jalur resmi yang paling sering dilalui pendaki dan paling aman. Dalam perjalanan menuju Puncak Gede-Pangrango, pendaki akan dihadapkan pada pengawasan yang ketat oleh pihak Perhutani yang berada di base camp Cibodas.
  2. Jalur Gunung Putri. Belakangan ini jalur tersebut menjadi trend karena lebih singkat untuk sampai di Gunung Gede. Selain itu pendaki dapat menikmati dahulu keindahan Alun-alun Surya Kencana sebelum menggapai Puncak Gede.
  3. Jalur Selabintana (Sukabumi). Dibanding jalur Cibodas, sesungguhnya jalur ini lebih berat karena lintasannya lebih terjal dan sering hilang, akibat tertutup semak yang tumbuh subur diwaktu musim penghujan.
  4. Jalur Situgunung (Sukabumi). Pada jalur ini terdapat Taman Rekreasi Situgunung seluas 120 ha. Jalur ini cukup sulit dan berbahaya, karena 2 km selepas pos pendaki akan menemui Air Terjun Sawer. Air Terjun ini berada di ketinggian 1200 mdpl dan membentuk sungai yang cukup deras.

Dan rencana Team PATRAPALA ( Komunitas Pecinta alam Pertamina UP IV Cilacap ) akan melakukan Pendakian ke gunugn Gede Pangrango pada tanggal 20-21 Juni 2009 yang akan diikuti oleh sekitar 30 orang. Good Luck....!!! ( Brtx335)