Selasa, 28 Januari 2020

Expedisi Patrapala Raung-Ijen-Baluran

Dimulai tanggal 25 Januari s.d 27 Januari 2020

Jumat, 15 September 2017

Expedisi Patrapala Rinjani 2017

Sembalun di pagi hari
Sejuk angin berhembus, dingin air membasuh wajah yang masih terlelah dan terkantuk.
Namun pemandangan indah puncak rinjani telah membawa keinginan tahuku lebih jauh ke setiap sudut desa di kaki gunung ini.
Anak2 berlarian menuju sekolah
Ibu dan dagangan kue nya mulai diserbu
Lumpia bihun mengundang selera
Motor mulai lalu lalang

Kamis, 01 September 2016

Expedisi Patrapala Gn. Binaiya 2016

Untuk memperingati HUT Kemerdekaan RI ke 71 th, dan memenuhi target 7 Summits of Indonesia, 13 orang tim Patrapala telah mengadakan expedisi ke puncak gunung Binaiya di pulau Seram Maluku pada tanggal 13-21 Agustus 2016.

Expedisi ini seakan memberi harapan baru bagi penuntasan target 7 summits of Indonesia oleh Patrapala di akhir 2016 atau setidaknya pertengahan 2017 mendatang. Betapa tidak, 3 target terakhir ini yaitu Binaiya, Bukit Raya, dan Cartenz membutuhkan waktu expedisi yang lama dan biaya besar. Kendala ijin cuti dan dukungan sponsor menjadi pertimbangan tersendiri. Pemilihan jadwal di bulan Agustus semata karena pertimbangan minimal hari cuti dan memanfaatkan momentum kemerdekaan saja. Tidak dipertimbangkannya aspek cuaca dlm rencana expedisi ini, terbukti menjadi kesulitan tersendiri. Memang cuaca sering tidak bisa diduga, kadang kita mengira hujan, ternyata di puncak malah terang benderang, atau sebaliknya.
Nah, tim patrapala sebenarnya sudah merencanakan expedisi ini sekitar 1,5 bulan sebelumnya. Dimulai dari mengumpulkan informasi dari internet. Menanyakan kepada mereka yang pernah kesana. Walau demikian, tetap saja kami berangkat dengan keterbatasan informasi. Rencana untuk membuat foto dan video tentang bright gas can, batal karena belum tersedianya produk itu di wilayah ambon, dan tidak diperkenankan membawa produk itu dalam pesawat. Namun demikian, logo bright gas tetap menghiasi spanduk expedisi ini.

Jam 20.00 tanggal 12 agustus 2016 saya sudah di bus Damri menuju Bandara Cengkareng. Teman2 belum datang ketika saya tiba. Agak lama, satu persatu mereka bermunculan. Sementara itu tim Balikpapan,  juga sudah bergerak ke ambon dengan transit di Makassar. 
Pesawat Batik Air berangkat on time, walau sempat menunggu kami yang harus menyelesaikan biaya kelebihan beban.
Menjelang jam 6 pagi, pesawat kami mendarat di bandara Pattimura ambon. Cuaca cerah, langit sedikit berawan. Bergegas kami sholat subuh yang agak terlambat. Menunggu teman2 dari Balikpapan yang sesuai jadwal masih 30 menit lagi. Untung nya pesawat mereka on time. Mas hermawan dari mor8 ambon dan adiknya saddam telah menunggu kami. Saddam ini yg akan menjadi guide expedisi ini. Ketika tim sdh lengkap, maka bergegas kami charter 2 mobil avanza menuju pelabuhan tulehu, ngejar fery yang jam 9.00.
Matahari mulai terik. Pelabuhan Tulehu pagi itu telah ramai. Puluhan kuli angkut mengerubuti mobil kami yang sedang menurunkan barang-barang. Saya minta teman2 untuk peduli dgn barang masing2, supaya tidak ada yg tertinggal. Akhirnya kami hanya perlu 2 kuli angkut untuk 2 kerdus besar perbekalan makanan. Sementara bang jefer antri tiket, kami langsung nyari posisi dan tempat duduk yg tersisa. Penuh sesak, barang2 kami memenuhi koridor. 
Ketika kapal cepat mulai bergerak, petugas menurunkan satu persatu barang-barang penumpang ke bawah dek, termasuk carier2 kami.
Pedagang kenari dan roti sagu lalu lalang menawarkan dagangannya. Pemandangan di luar indah, tampak pulau ambon terhampar di sisi kanan belakang.
perjalanan telah lebih dari satu jam ketika kapal cepat merapat di pelabuhan di Saparua. Siang cukup terik, penumpang dan pedagang berhamburan keluar. Lepas dari pelabuhan ini, gelombang laut semakin terasa mengocok perut, saya terkena mabok laut, untung tidak sampai muntah. Tapi ini cukup menguras stamina. Mungkin karena kurang tidur atau lelah. 
Tiba di pelabuhan masohi, hiruk pikuk orang mengambil barang2 nya dan keluar kapal. Saya menunggu carrier yang masih di dek bawah sisi kiri, di sisi kanan carrier teman2 satu per satu dipindahkan ke dermaga. Rupanya untuk menaikkan carier itu, selain bayar biaya bagasi, juga biaya kuli angkut. Ini yang sempat menjadi pertikaian dgn kuli yg mengangkut carier teman yg di sisi kanan. Ketika saya ditanya apa sdh bayar, ya saya jawab sudah ke kuli yg di sisi kiri. Kuli yg sisi kanan marah2 krn ia merasa belum nerima, pokoknya heboh sampai ketua kuli di situ turun tangan. Kami ngalah saja bayar apa yg dia minta, daripada expedisi terhambat.
Lepas dari momen menegangkan itu, kami langsung menyewa mobil yang mengantarkan tim ke posko pecinta alam Sekolah Tinggi Said Perintah. 
Sekitar jam 1 siang kami tiba di posko itu, sambutan yang ramah dari mahasiswi yang mempersilakan masuk di pondokan mirip rumah penduduk umum nya. Kami dijamu makan siang menu khas mahasiswa...enak sekali hingga berebut sambal.

Selasa, 05 April 2016

Expedisi Patrapala Latimojong 2016



Expedisi ini terbilang agak mendadak. Rencana semula sih inginnya ke binaiya atau bukit raya untuk menuntaskan 7 summits yg tersisa. Melihat situasi anggota pp yg kurang siap, bahkan sebagian sudah punya rencana lain, ada yg ke guntur dan prahu, maka pilihan ke latimojong menjadi muncul dalam benak saya. Pertimbangannya, tim pp kantor pusat belum pernah kesana. Setelah diskusi singkat melalui WA dgn anggota yg lain, maka tidak lama broadcast tentang rencana expedisi kartini pertamina latimojong ini sdh ditayangkan untuk menjaring  peminat. "Minimal 4 wanita expedisi lanjut" kataku. Akhirnya jumlah peserta terdaftar adalah 4 wanita dan 4 pria termasuk saya. Expedisi jadi dilaksanakan tanggal 24-29 Maret 2016.
Tugas kantor masih menumpuk, sehari sebelum berangkat masih harus begadang di patra jasa bandung. Praktis persiapan perbekalan dipenuhi beberapa jam sepulang kantor tanggal 24 maret itu sekembalinya dari Bandung. Salah satu anggota tim, winni mendadak sakit, panas tinggi sehingga batal ikut expedisi ini. Jadi kami tinggal ber tujuh saja, 3 wanita dan 4 pria.
Menjelang jam 9 malam tanggal 24 maret, saya sudah tiba di pool Damri Gambir. Ada bis yang siap berangkat, tapi saya masih harus menunggu erfin yg akan mengantarkan spanduk 7 summit. Info dari grup wa, jalanan ke cengkareng macet karena libur panjang. Alhamdulillah, akhirnya jam 10 lebih saya sdh tiba di terminal 1b, sriwijaya air. Satu persatu anggota tim berdatangan. Jadinya kami hanya ber enam berangkat tengah malam itu ke makasar, karena yang satunya lagi, Inar, sudah berangkat lebih dulu dengan penerbangan yang lebih awal.
Flight penuh, dan on time. Kukirim kabar ke keluarga di rumah, bahwa saya sdh di pesawat yang akan ke makassar, dan mohon maaf karena tidak bisa bersama di hari libur panjang ini.
Sabtu dini hari, kami mendarat di bandara hasanuddin. Elf yang kami sewa telah menunggu. Cukup lapang, walau semua carrier masuk didalam. Karena kami cuma bertujuh, sementara kapasitas tempat duduk 14 orang. Saya duduk didepan. Leluasa melihat di sisi kanan kiri yang masih terlelap.
Kira2 sejam perjalanan, kami berhenti untuk sholat subuh di suatu masjid. Nggak ingat namanya. Matahari mulai tampak, jalanan menyusur pantai. Kami berhenti di warung yg ber deret, menjual jajanan ketan panggang dan telur asin.
Perjalanan masih panjang, menyusur pantai yang indah. Kota pare-pare tampak lengang. Sempat tadi berhenti sejenak untuk makan duren, duku, dan rambutan. Juga ngopi dengan view bukit nona.
Selepas dhuhur, kami sudah tiba di baraka. Suatu kecamatan. Tanah lapang yang luas menghampar. Bukit2 di sekeliling nya. Dekat sekolah SD, belok naik ke kanan, rumah pak dadang sdh terlihat di ujung kanan jalan. Ada balai2 di sisi kiri nya.
Sambil menunggu mobil yg akan membawa kami ke desa karangan, kami mempersiapkan perbekalan. Untuk makan siang, dan bekal selama expedisi ini. Baju2 ganti yg tak perlu dibawa, dikumpulkan. Carier saya dibongkar, dan dipadatkan untuk packing 2 tenda dan perlengkapan berat lainnya yg akan dibawa porter. Jadi nya saya malah cuma bawa rangsel kecil saja. Sementara teman2 satu tim lainnya tetap dgn carier masing2. Sekitar jam 2 lebih siang hari, mobil sudah siap. 4 orang tim mapala universitas muhammadiyah mataram dan makassar gabung mobil kami.
Jalan menuju desa karangan, sempit, melewati desa2, melintasi sungai, menyusur tebing curam. Sekeliling perbukitan kebun kopi dan rumah2 di sela2 nya. Jalan sebagian sudah di beton, sisanya masih bebatuan atau tanah liat. Cukup mengerikan ketika melintasi sisi jurang, atau ketika harus berpapasan dgn mobil lain, serasa bertaruh nyawa. Sopir mobil, pak uno, cukup terlihat tenang dan lihai. Motor menjadi transportasi utama penduduk desa. Terlihat beberapa orang berjalan berkelompok, rupanya mereka itu hendak mencari sinyal hp, di salah satu sudut jalan. Sekitar 2,5 jam perjalanan kami tiba di desa karangan.
Ada masjid cukup besar, An Nur. Rumah panggung di sekeliling. Di depan ada lapangan volley, beberapa pemuda, anak2 berlari2an. Sore sekitar jam 5. Kami memutuskan lanjut langsung ke pos 2, sementara tim univ muhammadiyah stay di desa karangan.
Trek diawali menyusur kebun kopi, air mengalir jernih memenuhi kolam yang cukup luas. Tidak terlalu berat. Satu jam lebih perjalanan kami sudah sampai di pos 1. Hari sudah maghrib dan cuaca cerah. Head lamp mulai digunakan. Trek masih menanjak melintasi pinggir bukit, meniti dan berpegangan akar pohon. Suara air mulai terdengar, semakin keras rasanya. Sepertinya akan menuju kesana. Perjalanan semakin berat dan perlu hati2 karena licin. Rupanya menjelang pos 2, trek menurun terus menuju arah air yg mengalir. Ada satu lokasi yg cukup berbahaya, melintasi ceruk bukit dgn jurang sekitar 6 meter. Hanya ada 2 batang kayu sebagai titian, dan bentangan rotan untuk pegangan. Sering pendaki terpelosok di tempat ini. Setelah perjalanan lebih dari 2 jam dari pos 1, kami tiba di pos 2. Suara derasnya air menemani kami yg mulai mencari tempat tersisa untuk mendirikan tenda.
Malam itu sebenarnya waktu yg tepat untuk istirahat setelah perjalanan panjang sejak dari jakarta. Namun saya tidak bisa tidur nyenyak. Sebagai ketua tim, saya bersyukur semua anggota tim dapat mencapai target hari pertama dgn selamat. Keberhasilan awal ini cukup meningkatkan kepercayaan diri kami, untuk mencapai trek berikutnya. Masih ada 2 malam lagi yg harus dilalui.
Pagi hari, sabtu tanggal 25 maret 2016, suasana di pos 2 menampakkan keindahannya. Air yg mengalir deras, bening, dan segar. Bebatuan yg eksotik dengan akar pohon yg menjuntai di sisinya. Ada ceruk yg biasa dipakai para pendaki untuk bermalam, tanpa tenda, cukup menggunakan matras dan sleeping bag. Matahari muncul di celah bukit di sisi hilir sungai, memantulkan cahaya kemilau di permukaan air yg bening. Tempat yg nyaman untuk sejenak meninggalkan hiruk pikuk ibukota.
Setelah makan pagi dan berbenah, sekita jam 9 siang kami melanjutkan perjalanan dengan target pos 7. Trek pos 2 ke pos 3, terjal, nggak ada bonus. lebih berat jika dibanding trek pos 1 ke pos 2. 1,5 jam terlewati ketika mencapai pos 3. Lanjut pos 4, lumayan deh bikin ngos2an, 1 jam kira2. Dari pos 4 ke 5 yg terasa agak panjang. Jam 1 lebih, siang hari, kami sdh sampai di pos 5. Area yg agak lapang dengan pepohonan yg tinggi. Sisi kiri tampak punggung bukit yg puncaknya kadang terlihat jelas, dan kadang tertutup kabut. Terlihat beberapa tenda berdiri, kosong ditinggal penghuninya yang muncak. Suara derasnya air terdengar di kejauhan. Di sisi depan tampak batang pohon melintang, untuk tempat duduk istirahat pendaki. Dibaliknya jalur menuju pos 6. Sebenarnya kondisi tim masih prima, dan maunya lanjut ke pos 7. Tapi porter kami masih jauh di belakang, tak tahu kenapa. Diputuskan menunggu saja. Lama juga hingga kami sempat menduga yang tidak2. Tentu saja kami khawatir, mengingat tenda dan perbekalan tim mereka bawa. Kira kira 2 jam kemudian, mereka tiba. Rupanya, ada yg kram, bebannya terlalu berat, seberat kulkas katanya. Ha..ha.. akhirnya diputuskan ngecamp di pos 5 saja. Pilihan kami benar krn nggak lama kemudian hujan turun yg ternyata hingga tengah malam. 3 tenda berdiri. Lewat maghrib, baru terdengar celotehan dan tawa tim pemilik tenda kosong, mereka telah turun dari puncak. Malam yg tenang, suara angin menghembus dedaunan, rintik hujan jatuh lebut di atap tenda, udara tidak begitu dingin. kami terlelap dgn mimpi masing-masing.
Minggu pagi tanggal 27 maret, walau cuaca masih basah. Tetes air hujan yg tertampung lumayan untuk cuci piring sendok. Pagi itu menu sup dan tempe terasa nikmat. Hari itu, memang istimewa karena kami hendak summit attact. Bawaannya day pack saja. Seragam kaos putih expedisi kartini dan jacket merah. Jam 8.30 kami start. Track dari 5 ke 7 memang terjal. Berat juga jika harus bawa carrier hingga ke pos 7 seperti rencana semula. Vegetasi mulai berubah. Hutan lumut. Kami merasa enjoy saja krn cuaca yg cerah, tidak membawa beban yg berat. Hamparan pegunungan lantimojong tampak memanjang di kejauhan. Di tengah perjalanan setelah pos 7, ridho menemui masalah dgn perut nya, mag. Memang sejak awal perjalanan ia terlihat kurang pinter makan. Perlahan ia mencoba terus menguatkan diri, dikawal porter. Kami memasuki hamparan bebatuan khas puncak, hari sudah cukup siang. Sempat berjumpa dengan rombongan yg baru turun dari puncak. Ketika tengah hari, tugu rantemario tampak di kejauhan. Memacu semangat kami kembali. Akhirnya jam 12.30 seluruh tim expedisi kartini Pertamina tiba di puncak tertinggi sulawesi...rantemario! 4 jam perjalanan dari pos 5. Salut dgn semangat tim, termasuk Ridho yg langsung terlihat sujud syukur. Kami semua tentu gembira dgn pencapaian ini. Spanduk yg dibawa langsung digelar. Kamera dan go pro pun dimainkan. Cuaca masih cerah dan terik. Alhamdulillah.
Hanya 1 jam saja kami meluapkan kegembiraan di puncak Rantemario, dan menikmati panorama sekelilingnya yg indah. Perjalanan turun relatif lebih cepat, tapi hujan turun di setengah perjalanan. Kami tiba di pos 5 sekitar 2 jam kemudian, sekitar jam 4 sore. Sudah ada beberapa tim pendaki lainnya yg sedang berteduh dibawah flysheet. Kami meluapkan kegembiraan dengan bernyanyi... maragam ragam doanggo sita-sita....Masih satu malam lagi kami harus bermalam di tempat ini.
Malam itu tenda kami riuh oleh canda tawa kami saat melihat hasil foto dan video saat pendakian.
Senin pagi tanggal 28 maret, kami mulai berkemas untuk turun. Cuaca cerah. Perbekalan utama sdh dihabiskan, tinggal makanan ringan saja. Pinggang ku terasa sakit, untungnya bawaanku ringan saja. Tapi harus hati2 melangkah turun supaya tidak memperburuk kondisi. Tiba di pos 2, ridho, yang memendam keinginan sejak pertama tiba pos 2 saat berangkat, mengawali nyebur ke derasnya air. Tangannya memegang stik go pro. Kelihatan nya menyenangkan, akhirnya satu persatu lainnya ikut nyebur..segerrr dan dinginn...banget!
Puas bermain air, lanjut turun ke pos 1. Titian kayu dan pegangan rotan yg saat berangkat tertutup gelapnya malam, kini terlihat jelas. Jurang yg cukup dalam dibawahnya. Hati2 ditempat ini banyak yg terjatuh.
Tengah hari kami telah tiba di perkebunan kopi. View yg  lapang, di kiri dan kanan perbukitan yg menghijau dengan rumah2 di beberapa tempat terpisah. Sebentar lagi kami mencapai desa karangan, pos pendakian latimojong. Akhirnya 4 jam perjalanan sejak dari pos 5, tepat jam 12.30 wita, tim telah tiba semuanya di desa karangan. Mobil sudah menunggu. Tapi kami memilih untuk berhenti sejenak menikmati kegembiraan dan rasa syukur yg mendalam bahwa expedisi kartini pertamina ini telah sukses. Alhamdulillah.
Perjalanan kembali ke baraka, agak berbeda dgn saat berangkat. Mobil yg sama kami tumpangi ini mengalami kerusakan, sepertinya gear box nya. Setiap menanjak atau belok, selalu bunyi ...cetok..cetok.. mengkhawatirkan. Bang sano, sang driver, cuek saja, tidak mencoba memperbaiki ataupun memeriksa sumber bunyi. Mobil di geber terus walaupun harus jalan pelan2.
Kami tiba di baraka menjelang maghrib. Yg laki2 bermalam di balai2 milik pak dadang, sementara yg wanita di lantai 2 rumah pak dadang.
Rupanya balai2 itu dilengkapi layar proyektor, dan menjadi tempat berkumpul warga yg nonton film lewat laptop dan proyektor. Ok juga. Malam itu kami habiskan dengan menikmati makanan khas baraka, sayur daun kelor dan ayam bumbu. Enak. Tentu saja melihat foto dan video pendakian dari semua kamera, dan nonton film point break.
Selasa pagi tanggal 29 maret 2016, kami pamitan, 2 mobil avanza mengantar kami ke makassar. Meninggalkan keindahan pegunungan latimojong, suasana kota baraka yg di kelilingi perbukitan, sungai yg jernih. Mengesankan. Lagu iwan fals menemani sepanjang perjalanan kami kembali ke makassar. ...rasa sesal didasar hati diam tak mau pergi...haruskah aku lari dari kenyataan ini...
Sore itu langit makassar mendung dan hujan turun, tapi tak menghalangi kami melewatkan suasana pantai losari, toko souvenir di somba opu, dan makan malam coto makassar, mengakhiri sepanjang perjalanan ini.
Lion air terakhir terbang tinggi, menembus gelap malam, membawa ku pergi, tinggalkan kisah expedisi yang penuh arti, tentu patut untuk disyukuri. Ini bukan tentang diri sendiri,  tapi tentang upaya kami mewarnai hidup ini, dan mewujudkan mimpi-mimpi.
Semangat Kartini Pertamina Bagi Indonesia.
Patrapala never give up!
Annisrul, Bella, Ridho, Taufiq, Tjatur, Bellys, Inar
Tx to porter.
Mas Egha dkk.

Rabu, 24 Februari 2016

Patrapala-Cikuray 2016


BUKAN ZAMAN KEKINIAN SAJA, MENDAKI GUNUNG CIKURAY MEMBUAT KITA LEBIH BERSAMA Mengawali awal tahun 2016, Patrapala kali ini mengadakan open trip ke Gunung Cikuray di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Indonesia. Gunung Cikuray memiliki ketinggi 2.821 meter di atas permukaan laut. Kali ini peserta yang ikut adalah 19 orang dengan PIC oleh mas Indi pada tanggal 29-31 Januari 2016. Patrapala ketika di Puncak Gunung Cikuray Perjalanan dimulai dengan start di Pertamina pusat pukul 21.00 ke lokasi yaitu garut dan sampai pukul 04.00 pagi hari sabtu (30 Januari 2016). Patrapala pun memulai perjalanan ke Gunung Cikuray dengan melewati jalur pemancar pukul 06.30. Jalur pemancar ini memiliki pos berjumlah 7 untuk sampai di puncak. Pada saat di perjalanan, Patrapala membagi bagian menjadi 2 kelompok untuk sampai ke gunung cikuray. Hal ini dikarenakan banyak pendaki di berbagai daerah ikut serta mendaki ke gunung cikuray dan menghindari tidak dapat lokasi untuk mendirikan tenda. Di perjalanan Grup 1 bersama porter bernama Mas Ade mendirikan tenda di pos 6 pukul 11.00, dikarenakan di pos 7 sudah penuh oleh para pendaki dan hujan pun sudah tiba. Kemudian sejam kemudian disusul grup 2. Berikut dokumentasi Patrapala menuju Gunung Cikuray. Bukan siapa duluan sampai di atas namun bagaimana kita menaklukan diri sendiri untuk sampai dan selamat sampai pulang ke rumah. Itulah yang terjadi pada rekan-rekan Patrapala. Perjalanan mendaki gunung ini banyak menemui rintangan seperti datangnya hujan dan jalannya licin. Dan tentu saja jalannya tidak ada yang datar dan pendakian “Dengkul ketemu Dada”. Walaupun ada yang sesak nafas, kram, kedinginan, ingin pulang saja akhirnya hilang karena kita saling bahu membahu untuk capai ke Gunung Cikuray. Jam menunjukkan pukul 04.00 (31 Januari 2016), menunggu azan Shubuh Patrapala mempersiapkan diri untuk menuju puncak Gunung Cikuray yaitu pos 7. Puncak tersebut membutuhkan waktu kira-kira 1 jam. Patrapala start dari tenda pukul 05.30 dan sampai puncak 06.30. Hati kamipun bahagia sesampai di puncak dan sungguh tak ternilai keindahan alam yang dimiliki Allah SWT. Pukul menunjukkan jam 8.00, Patrapala siap turun menuju tenda dan makan pagi. Pukul 10.00 Patrapala siap turun Gunung Cikuray dan sampai pukul 12.00. Perjalanan turun pun sangat mengesankan dikarenakan Gunung ini sangat runcing dan arenanya sangat licin. Sebagian ada yang terpeleset dan kram. Namun karena kebersamaan, akhirnya sampai juga ke bawah.

Sabtu, 18 April 2015

Expedisi Kartini Pertamina Tambora Menyapa Dunia 2015

Expedisi Kartini Pertamina Tambora Menyapa Dunia 2015 ini, diikuti oleh 17 orang, 9 diantaranya wanita (tim 9).
Tim 9 Patrapala
Foto bareng tim my trip my adventure trans7
Puncak Tambora 10 April 2015

Minggu, 22 Februari 2015

Curug Nangga 7 Tingkat



Pagi tanggal 19 Februari 2015 mengawali kegiatan Patrapala RU IV di awal tahun ini dengan tracking ke Curung Nangga.

Berangkat dari Homebase Maesa pukul 08.15 wib menuju lokasi dengan jumlah peserta sekitar 32 orang menggunakan sarana kendaraan roda 2 dan 4 lebih tepatnya Touring bro..

Di perjalanan, bergabung 2 rekan Patrapala dari kelompok Blispala sebagai guide diperjalanan, perlu diketahui Curug Nangga ini tersembunyi diantara perbukitan yang masuk dalam punggungan kaki Gunung Slamet, Memasuki punggungan bukit sebelum memasuki desa terakhir, rombongan kami di hadang trek menanjak dengan kemiringan  45-50⁰, kami dibuat ketar ketir dengan kemiringan itu, apakah kendaraan kami kuat untuk menanjak tanjakan ekstrim yang cukup panjang itu.
Alhamdulillah, rombongan kami berhasil naik semua dan sampai didesa terpencil itu dengan selamat sekitar pukul 10.15 wib.

Desa Terdekat dengan Curug Nangga

Tidak ada tanda petunjuk arah atau pun  tanda wisata ke Curug ini, menurut keterangan warga sekitar Curug,  Air Terjun ini sengaja disembunyikan oleh warga setempat  atau lebih tepatnya warga tidak ingin Curug ini di ketahui Investor ataupun pihak-pihak yang hanya ingin mengeruk kekayaan alam desa ini, karena mereka takut keseimbangan dan ketentraman desa mereka akan terganggu oleh hiruk pikuk pembangunan maupun kerusakan yang ditimbulkan akibat adanya project sarana dan prasarana untuk mengakses menuju Curug dimaksud, masyarakat setempat lebih senang dengan pengelolaan daerah mereka oleh mereka sendiri tanpa campur tangan pihak lain.

Beruntung Patrapala di ijinkan untuk melihat keindahan Curug yang disembunyikan ini, dengan catatan jangan menyebarkan ke pihak-pihak yang sekirannya dapat mengganggu ketentraman desa ini (Investor).
Disambut Kepala Dusun setempat, Tim Patrapala sempat berbincang sebentar sekedar beramah tamah dan menceritakan maksud dan tujuan Patrapala datang ke desa tersebut sekaligus menitipkan sementara kendaraan kami.

Setelah rehat sejenak Tim Patrapala langsung berjalan menjauh dari Desa menuju Air Turjun dengan menuruni punggungan bukit, kebun dan sawah terasering dengan kemiringan lebih dari 45
Jalan Desa
Kebun & Semak

Terasering

berjalan sekitar 30 menit dari desa, kami tiba di sungai kecil, sungai ini berkedalaman ± 30 cm  yang nantinya akan bertemu dengan sungai dari Curug Nangga,
Menyebrangi Sungai
karena tujuan kami adalah Curug Nangga maka kami teruskan perjalanan mengebrangi sungai dan  mengitari bukit dengan tanjakan mendominasi.
Tanjakan mendominasi

Mengelilingi bukit
Pukul 11.00 wib kami tiba di atas Curug Nangga (tingkat ke 7), sungguh pemandangan indah yang terpampang di sana, perbukitan dan sawah terasering yang hijau membentang. Sambil beristirahat, kami saling bernarsis ria sambil mengagumi lukisan alam ini.
Tingkat 7 Narsis
Tingkat 7 Narsis banget
Tak membuang waktu lama, kami segera menginstal peralatan repling untuk menuruni Curug ini.
Perlu diketahui Curug Nangga ini berketinggian sekitar ± 78 meter yang terbagi lagi menjadi 7 tingkat, dengan ketinggian berfariasi dari 3 meter sampai 20 meter, oleh karena struktur Curug ini yang bertingkat maka oleh warga diberi julukan dengan Curug Nangga (tangga).
Persiapan Repling
Setelah peralatan SRT (single roof technic) terinstal, satu persatu Tim Patrapala menuruni Curug ini, berdebar pastinya melihat ketinggian Curug ini, tapi kapan lagi kami bisa main repling ditempat indah ini?
Repling 01

Repling 02

Repling 03

Repling 04

Repling 05
Baru sebagian Tim Patrapala yang turun ke tingkat ke 6, hujan mengguyur kami dengan derasnnya, sebagian Tim yang membawa Jas Hujan segera mengenakannya, sementara yang tidak membawa harus rela berbasah-basahan dan menggigil karena angin juga berhembus cukup kencang. Kuatir ada banjir bandang dari atas maka kami putuskan untuk menyudahi repling ini. Saya yang belum kebagian turun ikut membantu membongkar Instalasi  repling ini.
Tiba-tiba hujan
Sambil menunggu hujan reda kami berdiskusi untuk menuruni Curug Nangga ini tanpa bantuan alat SRT (single roof technic) alias menuruni Curug dengan berjalan kaki melewati tepian sungai, lingkungan basah dan lumpur licin membuat kami harus jatuh bangun menuruninya, hujan mulai mereda setelah kami berhasil turun semua pada tingkat ke 6.
Turun 01
Turun 02

Turun 03

Narsis

Berlahan tapi pasti kami terus menuju tingkat berikutnya, celana kotor berlumpur adalah menu wajib dalam perjalanan kali ini, malah ada celana beberapa teman yang robek tersangkut akar pepohonan maupun tergores batu tajam ditepian sungai. Sungguh peristiwa yang mengesankan dalam perjalanan turun ini.

Istirahat Siang

Sesampainya kami di dasar Curug kami beristirahat sambil membuka bekal masing-masing, setelah perut terisi sedikit makanan dan minuman, kami segera bersibuk diri dengan mengambil gambar pemandangan yang menakjubkan ini dan beberapa teman ada yang bermain body rafting mengikuti alur air sungai. 
Body Rafting 01

Body Rafting 02
Dasar Curug ini ternyata sebuat pertigaan dimana 2 sungai menjadi satu, sisi depan adalah sungai dari Curug Nangga dan sisi kanan kami adalah sungai  yang dari awal sudah kami sebrangi sebelumnya. Dari lokasi ini, pemandangan yang kami dapat sungguh luar biasa indahnya, tak terlukis dengan kata-kata, bagaikan nirwana yang terselip didunia nyata. 
Narsis berdua
Keindahan Curug Nangga
Waktu menunjukan pukul 15.00 wib, walaupun masih belum puas menikmati pesona alam ini, sudah saatnya kami harus kembali ke tempat parkir, dengan berjalan beriringan kami menaiki bukit yang dihiasi oleh sawah terasering, cukup melelahkan menaiki bukit ini tanpa “bonus” (jalan datar).
Pukul 16.00 wib kami tiba ditempat parkir, segera kami membersihkan diri dan berpamitan pulang kepada Kepala Dusun setempat, dipertengahan jalan kami menyempatkan untuk mengisi perut yang lapar, setelah makan kami kembali melanjutkan perjalanan ke rumah masing-masing dengan menerobos lebatnya hujan.

by Mamas Adhi